Tahun Baru Islam secara prinsip merupakan tonggak sejarah bagi umat Islam. Mengutip perkataan Khalifah Umar bin Khatab, bahwasannya hijrah adalah meninggalkan segala hal yang batil dan menuju segala hal yang haq sebagai pembuktian keimanan kepada Allah SWT. Walaupun saat itu terbatas hanya berpindah dari tempat yang tidak aman ke tempat yang lebih aman. Namun lebih dari itu, hijrah ini menyangkut persoalan niat setiap orang yang melakukannya. Saat itu hijrah ada yang dilakukan karena perintah Allah, ada yang karena harta ada pula yang hanya karena wanita. Sehingga muncullah hadist Inamaa amalu bi niyat. “ Segala sesuatu itu tergantung dari niatnya.” Dengan begitu, maka makna hijrah itu sendiri adalah sebagai bentuk aplikasi dari keimanan dengan ditandai adanya tindakan melalui jihad, baik itu jihad harta maupun jihad nyawa, dan keduanya satu kesatuan yang secara ideal harus dapat dilakukan setiap muslim kedua-duanya.
Sejarah hijrah ini bermula saat Khalifah Umar mengirimkan surat kepada salah seorang gubernur melalui utusannya. Tetapi yang diutus itu kembali kepada Sang Khalifah dan mengatakan suratnya tidak bertanggal. Umar tersentak sehingga ia memutuskan untuk melakukan penanggalan dalam kalender Islam. Dari mana rujukannya, ada sahabat yang mengatakan dari kelahiran Rasulullah atau Wafatnya Rasulullah. Umar menampiknya karena takut menjadi kultus. Sahabat Ali Ra mengatakan bagaimana jika penanggalan Islam mengambil rujukan dari hijrah yang dilakukan umat Islam saat itu. Umar setuju dan penanggalan Islam tersebut atau Tahun Hijriyah dimulai dari pertama kali umat Islam melakukan hijrah. Sehingga tentu saja, hijrah ini sendiri merupakan bentuk edukasi kepada umat Islam untuk mengenal sejarah Islam dan yang lebih penting adalah bagaimana kaum muslim harus memperhatikan pula semangat berjuang di jalan Allah dalam berbagai bidang kehidupan.
Jika ditilik hijrah merupakan perubahan waktu dari sebelumnya ke waktu yang baru, tentu saja Tahun Baru Islam ini sesungguhnya dapat dijadikan sebagai ajang evaluasi dalam berbagai hal oleh setiap muslim. Dengan begitu, seorang muslim dengan adanya momentum ini sudah semestinya memiliki semangat perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan ini akan semakin berarti bila didukung dengan ilmu, yang tentunya harus berdampak pula kepada perubahan yang dilakukan. Tetapi utnuk melakukan evaluasi diri sebenarnya tidak saja harus dilakukan setiap Tahun Baru Islam saja melainkan hal itu dapat dilakukan setiap saat. Jadi setelah melakukan evaluasi maka selanjutnya yang harus dilakukan adalah memperbaharui keimanan, berhijrah dan melakukan jihad dalam berbagai hal.
Kemudian yang pantas diperhatikan oleh seorang muslim di dalam hal ini adalah bagaimana dirinya menghargai waktu yang ada. Surat Al Ashr begitu tegas menyuruh setiap muslim untuk memperhatikan waktunya selama hidup. Dalam surat tersebut sangat jelas, mereka yang beruntung hanyalah orang yang beriman dan yang bermal saleh. Keimanan seseorang akan mutlak terjaga bila dipupuk dengan nilai-nilai keagamaan dan berjihad di jalan Allah dalam berbagai hal. Selanjutnya melakukan amal saleh adalah berbuat amal kebaikan yang bermanfaat bagi orang lain terutama yang mampu membangun kekuatan umat.
Orang yang selalu memperhatikan waktu maka dirinya akan selalu mampu menggunakan waktu itu untuk hal-hal yang positif. Amal saleh sendiri dilakukan dengan mengedepankan hal-hal yang wajib terlebih dahulu dan selanjutnya barulah didukung dengan perbuatan yang sunnah. Jika Shalat wajib itu jelas maka Shalat Sunnah adalah pendukungnya. Jika yang wajib itu zakat fitrah maka yang sunnahnya itu adalah mengeluarkan infaq dan sedekah untuk kepentingan Islam.
Karena itulah, dalam setiap waktu yang ada jelas seorang muslim harus melakukan berbagai perubahan dalam segala hal. Awalnya yang dilakukan adalah mengevaluasi diri. Apa yang kurang dalam diri lalu diubah ke arah yang lebih baik. Jika awalnya ibadahnya kurang maka harus segera ditingkatkan. Dengan mengevaluasi diri setiap waktu, mungkin dalam ukuran luas yaitu setiap tahun maka jika tahun ini banyak kekurangan maka pada tahun selanjutnya haruslah diperbaiki. Semangat untuk melakukan perubahan ini mutlak harus ada dalam diri seorang muslim. Dengan terus memupuk semangat perubahan tadi maka tentu saja akan mengokohkan kekuatan keimanan yang dimiliki. Semangat untuk selalu beramar maruf dan bernahyi munkar dalam hidup yang dilakoni, berarti hal itu menandakan bahwa muslim yang bersangkutan memiliki kadar keimanan yang kuat. Secara prinsipil, akan muncul semangat untuk melakukan peubahan ke arah yang lebih baik bila memiliki keimanan yang utuh dan kokoh dalam qalbunya.
Seorang muslim tentu harus selalu menghargai waktu di manapun mereka berada. Kunci kesuskesan dalam hidup akan ditentukan oleh bagaimana ia memanfaatkan waktu dalam bidang yang ditekuninya. Maka seorang muslim yang sukses di dalam amal saleh, itu akan terlihat dari sejauh mana ia memanfaatkan waktu untuk amal saleh yang dilakukannya. Dalam hal ini kita dapat menimbang, lebih banyak mana, waktu yang digunakan untuk ibadah kepafa Allah atau justeru banyak waktu yang digunakan untu bermaksiat kepada Allah. Jelas sebagai seorang muslim harus banyak menggunakan waktu beribadah kepada Allah. Waktu itu takkan pernah kembali. Maka yang paling ideal bagi seorang muslim adalah menggunakan waktu tersebut untuk beribadah kepada Allah, mencari ilmu, berjihad di jalan Allah baik dengan harta maupun nyawa serta waktu yang ada pun dimanfaatkan untuk berdakwah, baik secara bil lisan, bil qolam ataupun bil hal. Dakwah bil hal adalah bentuk dakwah yang dilakukan melalui tindakan seperti banyak bersedekah yang manfaatnya dapat dirasakan oleh banyak orang atau melakukan hal-hal tertentu yang manfaat begitu terasa untuk umat.
Pada akhirnya, tentu bagi siapapun harus tetap menghargai waktu dalam hidupnya. Sebaik-baiknya seorang muslim adalah yang banyak memberikan manfaat bagi orang lain. Artinya, dengan waktu yang ada jelas haruslah banyak yang diperbuat untuk orang lain. Semangat baru pada Tahun Baru Islam haruslah dijadikan momentum untuk dapat berbnuat lebih banyak lagi untuk kepentingan Islam dalam berbagai hal. Tentu saja dengan semangat baru kita harus bekerja keras untuk memberikan yang terbaik bagi umat.
Jadi tidaklah salah bila kaum muslimin pun diharapkan dapat melakukan jihad sebaik mungkin dalam segala hal. Yang jelas tidak seekdar semangat di dalam melakukan perubahan tetapi perlu pula didukung oleh SDM yang handal dan dilakukan secara sistematis. Selain itu yang tak kalah pentingnya adalah memberikan sedekah atau bantuan bagi orang-orang miskin di sekeliling kita karena dengan melakukan hal itu merupakan benteng dari segala bencana yang akan menimpa serta bila hal itu dilakukan berarti memperlihatkan cinta yang sebenar-benarnya dan seorang muslim akan mendapat keberkahan dalam hidupnya.***
0 Comments