fbpx
Home » Artikel » HAKIKAT CINTA

HAKIKAT CINTA

by | Sep 7, 2016 | Artikel

HAKEKAT CINTA

Bagian : 3

Oleh : Bachrul Djunaidi Al-Qadry

بسم الله الرحمن الر حيم

Ihdinashirothol mustaqim, Shirotholladzinaan amtaalaihim ghoiril maghdzubialaihim

 

Alhamdulillahirobbil aalamien

Puja dan puji syukur hanyalah milik Allah Robb alam semesta. Sholawat serta salam marilah senantiasa kita haturkan kepada suritauladan kita baginda Rasulullah S.A.W. beserta keluarganya, Sahabatnya, serta ummatnya yang senantiasa istiqomah  didalam menjalankan syariat-syariatnya dan didalam menghidupkan sunah-sunahnya.

Sambungan Edisi : 2

Rasa cinta orang beriman kepada Allah akan mengambil bentuk  awal berupa rasa cinta kepada Rasulullah SAW. Cinta kepada Rasulullah (Mahabbaturasul) pada masa khulafaurrasidin, bukan hanya dalam bentuk ketaatan saja, namun juga dalam bentuk pembelaan terhadap Rosulullah dan keluarganya. Marhabatturasul ini bisa kita teladani dari sosok seorang Ali Bin Abi Thalib yang rela mempertaruhkan nyawanya demi keselamatan rosul.

Mahabbaturasul muncul dari keikhlasan dan ketulusan syar’i, rasa cinta yang Allah tumbuhkan, yang tak dapat ditumbuhkan oleh manusia meski membelanjakan seluruh kekayaannya. Rasa cinta yang melebihi rasa cinta kepada bapak-bapaknya, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum kerabatnya, harta, perniagaan, rumah-rumah yang disukai. Bahkan rasa cinta yang melebihi rasa cinta kepada diri sendiri. Sabda Rasulullah SAW. :

“Hendaklah kalian mencintai Allah karena Dia memelihara kalian dengan nikmat-nikmat-Nya. Dan cintailah aku demi cintamu kepada Allah. Dan cintailah ahli rumahku demi cintamu kepadaku.” (HR. At-Tirmidzi, Al-Hakim ari Ibnu Abbas).

“Tidak beriman seseorang (dengan sempurna) diantara kalian kecuali aku lebih dicintai dari dirinya sendiri, orang tua dan seluruh manusia” (Al-Hadist)

 

Itulah Mahabbaturasul yang mewarnai hati Abubakar Ash-Siddhiq ra. Yang membuatnya mendahulukan, melindungi dan tak membangunkan Rasulullah yang tertidur di pangkuannya, walaupun harus menahan sakit kakinya karena disengat kalajengking hingga mengucurkan darah (peristiwa hijrah)

Kisah para Sahabat telah membuktikan, ketinggian cinta mereka kepada Allah, Rasulullah dan Jihad fi Sabilillah. Seperti kisah Hazholah bin Amir ra. Yang terjun ke medan perang Uhud meninggalkan istri yang baru sehari dinikahinya. Dan akhirnya menemui kesyahidan. Ketika itu Rasulullah SAW. Melihat dan berkata kepada para sahabat :

“Sesungguhnya akau telah melihat para Malaikat memandikan Hazholah di tengah-tengah langit dan bumi dengan air hujan dalam sebuah bejana dari perak (HR. At-Thurmudzi, Imam Ahmad).

Cinta dengan prioritas menengah adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara, istri/suami, dan kerabat. Cinta ini timbul dari perasaan seseorang, yang terkat hubungan dengan orang yang dicintainya dengan ikatan aqidah, keluarga, kekerabatan atau persahabatan. Syariat islam menilai perasaan cinta seperti ini sebagai cinta yang mulia dan Agung. Ia termasuk cinta yang kedua setelah cinta kepada Allah, Rasulullah dan jihad dijalan Allah. Bagaimana cinta seseorang terhadap sesamanya tidak dianggap cinta yang luhur dan perasaan yang suci. Sedangkan semua hubungan sosial dan segala tata kehidupan dibina berdasarkan perasaan cinta dan kasih sayang semacam ini. Cinta ini merupakan hal yang perlu untuk mewujudkan kemaslahatan individu dan keluarga pada khususnya serta kemaslahatan bangsa dan kemanusian pada umumnya. Sabda Rasulullah SAW. :

“Tidaklah sempurna iman sesoranag diantara kalian hingga ia mencintai saudaranya (sesama muslim) sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”. (HR. Bukhari dan Muslim)

“Semua mahluq adalah tanggungjawab Allah. Maka yang paling dicintai Allah adalah yang paling memperhatikan kehidupan keluarganya”. (HR. Thabrani dan Baihaqi)

Adapun cinta terendah ialah cinta yang lebih mengutamakan me-nomor satukan cinta keluarga, kerabat, harta dan tempat tinggal dibandingkan terhadap Allah, Rasulullah dan Jihad fi Sabilillah. Cinta jenis ini adalah cinta yang paling hina, keji dan merusak rasa kemanusiaan. Termasuk pula dalam kategori cinta ini adalah kecintaan kepada sesuatu yang disembah selain Allah, sebagaimana Firman-Nya :

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaiamana  mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah” (QS: 2 : 165)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, (sebagai Robbmu). Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus”. (QS: 60 : 1)

Cinta berdasarkan hawa nafsu sebagaimana cintanya Zulaikha istri Al-Azis kepada Nabi Yusuf A.S.

Tak diragukan lagi bahwa jika para pemuda Islam, kapan dan dimana saja, lebih mengutamakan cintanya kepada Allah, Rasulullah dan Islam maka Allah akan memberikan kemenangan bagi mereka di muka bumi ini………

Bersambung………

 

Akhirul kalam

Ihdinashirothol mustaqim, Shirotholladzinaan amtaalaihim ghoiril maghdzubialaihim waladhoolliien……

Wassalamu’alaikum wrwb.

Bachrul Djunaidi Al- Qadry

0 Comments
Translate »
Open chat
Assalamualaikum
ada yang bisa dibantu?