Kewajiban terhadap alquran adalah mengamalkannya, Ibnu Qayyim dalam Zad al-Ma’ad berkata, “Sebagian Salafush shalih mengatakan, sesungguhnya alquran diturunkan untuk diamalkan.
Kerena itu, jadikanlah aktivitas membaca al-quran sebagai wujud pengamalannya. Ahlul quran adalah orang yang memahami dan mengamalkan alquran walaupun ia tidak menghafalkannya. Sebaliknya, orang yang menghafal alquran, namun tidak memahami dan mengamalkan kandungannya (meskipun ia sangat perhatian dalam pengucapan hurufnya), tidak layak menyandang predikat sebagai Ahlul Quran (Ibnu Al-Qayyim, Zad Al-Ma’ad, I/338).
Oleh karena itu kita senantiasa membuktikan kecintaan kita dengan alquran dan selalu berusaha mengamalkannya.
Bagaimana membuktikan cinta kita dengan Al-Qur’an?
Bukti terbesar cinta seseorang pada alquran adalah dengan berusaha memahami, merenungi, dan memikirkan makna-maknanya. Sebaliknya, bukti kelemahan cinta seseorang pada alquran adalah berpaling dari alquran dan tidak merenungi maknanya.
Imam Al-Qurthubi mengatakan, mantadaburi al-Quran adalah wajib. Dengan jalan tadabur-lah diketahui makna-makna alquran yang sesungguhnya. (Al-Qurthubi, Jami’ Ahkam A-Quran, 5/290).
Allah Swt telah dengan gambling menjelaskan bahwa alquran adalah petunjuk (Al-Huda) bagi manusia. Namun, masih saja ada manusia yang mencari jalan selain alquran. Mereka tidak mengacuhkan alquran.
Mereka tidak mau mengimani alquran, mereka merasa terganggu dengan bacaan alquran, mereka menolak isi dan aturan yang ada di dalam alquran, mereka dengan berani mengatakan alquran sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman.
Bahkan mereka berani mengatakan bahwa alquran mengekang kebebasan (HAM). Tindakan mereka jelas merupakan tindakan yang lancing kepada Allah Swt dan Rasulnya.
0 Comments